download

TMII Diharap Bisa Mengedepankan Seni Budaya Bangsa

3 minutes

PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (Persero) atau TWC sebagai perusahaan BUMN telah menerima amanah menjadi pengelola TMII per tanggal 1 Juli 2021 dari Kementerian Sekretariat Negara. Konsep yang telah dipersiapkan dalam mengembangkan Taman Mini Indonesia Indah sebagai Estalase Budaya Indonesia yang mengusung tema “Indonesia Opera”, akan menjadikan wajah baru bagi TMII kedepan.

Dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan komunikasi ke berbagai stakeholder terkait untuk silaturahmi dan internalisasi nilai-nilai yang menjadi tujuan pengembangan TMII kedepan dengan menggelar pertemuan virtual antara manajemen TWC dengan manajemen TMII yang terdiri dari pengelola Anjungan, Museum serta Rumah Ibadah. Acara ini dibuka langsung oleh Corporate Secretary TWC Emilia Eny Utari, Kamis (8/7/2021).

“TWC berinisiatif merangkul berbagai pihak terkait, seperti pengelola Anjungan Daerah, Museum dan Rumah Ibadah di TMII. Hal ini kita lakukan agar pengembangan TMII ke depan berjalan dengan baik dan lancar. Semua pihak bisa ikut berperan dalam momen peralihan ini,” terangnya.

Sementara itu, Forum Komunikasi Anjungan Daerah (FOKAD) TMII Samad Widodo menyampaikan bahwa harus ada kesamaan visi antara pengelola anjungan dengan TWC selaku pengelola baru TMII. “Apabila visi misinya sama, maka dilanjutkan. Kalau berbeda perlu membuat strategi lain karena pasti ada target yang harus dilaksanakan TWC,” ungkapnya.

Koordinator Anjungan Daerah TMII Ertis Yulia Manikam mengatakan bahwa Anjungan Daerah yang merupakan miniatur dari keragaman di Indonesia terdiri dari berbagai kostum, tarian, dan tradisi daerah yang merupakan bagian penting pada destinasi seluas 150 hektar ini. Dirinya berharap ada perhatian khusus kepada Anjungan dalam menarik minat wisatawan.

“Banyak hal yang harus dikerjakan agar anjungan bisa optimal karena ada revitalisasi fisik dan nonfisik. Program ke depan diantara membuat program aktual, kekinian, mengikuti perkembangan serta digitalisasi yang perlu sekali dikedepankan,” terangnya.

Koordinator Museum dan Hubungan Kelembagaan Jaya Purnawijaya mengatakan bahwa pengelolaan museum terbagi dalam beberapa kelembagaan terkait. “Ada lima kelembagaan, di bawah BPP TMII sendiri, Kementerian dan Lembaga, BUMN, Pemda dan Komunitas. Ke depan, hal ini perlu dipikirkan dan diatur masalah kelembagaan ini,” ungkapnya.

Selain itu, Koordinator Unit Badan Pelaksana Pengelola (BPP) TMII Sachur YT yang juga membawahi pengelolaan 7 Rumah Ibadah di TMII menerangkan bahwa di TMII terdapat Masjid, Gereja St. Catarina dan Halleluya, Pura, Wihara, Klenteng serta Kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa.
“Rumah ibadah ini dibangun di tahun yang sama kecuali Klenteng yang dibangun pada 2020 lalu. Kegiatan ada yang bersifat rutin dan khusus, seperti hari besar. Mereka dipimpin oleh majelis masing-masing, namun administrasi dan operasional harus seijin TMII,” ujarnya. “TWC berharap dengan adanya pertemuan virtual ini menjadi langkah awal dalam mewujudkan kerjasama untuk menata serta mengembangkan TMII dalam tata kelola kelembagaan, sehingga pengelolaan Anjungan, Museum dan Rumah Ibadah kedepan dapat lebih mudah dan tidak birokratif. Sebagai pengelola baru TWC mengajak seluruh stakeholder TMII untuk bersinergi dan terlibat dalam mewujudkan cita-cita TMII tersebut agar dapat memikatdan menarik para wisatawan nasional maupun internasional untuk berkunjung ke TMII,” tutup Emilia.